Bukankah
dengan kesendirian itu kita lebih bisa menikmati keindahan hidup ini.
Dengan kesendirian itu kita lebih mampu memberi makna pada cinta. Sebab
cinta itu adalah suci. Tiada memaksa apalagi dipaksa. Cinta yang suci
tidak mengabaikan hati. Ketika kita mengabaikan hati, maka cinta kita
itu menjadi cinta yang diselimuti oleh nafsu walau itu berkedok agama
sekalipun.
Cinta
adalah milik pecinta. Cinta adalah milik diri. Cinta juga adalah
pilihan diri. Kitalah yang memberi makna padanya. Kitalah yang memberi
label suci atau nafsu yang menyelimutinya, sadar atau tidak, kitalah
yang memaknai dan melabelinya.
Cinta
yang suci itu adalah cinta yang memberi dan tidak menuntut untuk
diberi. Jika kita ingin mendapatkan cinta yang suci, maka berilah cinta
dan jangan meminta cinta. Berilah cinta dengan cintanya Sang Maha
Pemilik Cinta.
Cinta
yang suci tidak akan menutup mata hati, jika kita tutup mata hati, maka
kita akan buta melihat kebenaran, dan kebenaran yang hakiki adalah
kebenaran dari Yang Maha Benar. Maka jika cinta tidak menutup mata hati,
kita akan memandang cinta dari sudut cinta Allah, karena memang ada
Allah dalam cinta kita.
Cinta
yang suci tidak akan menutup telinga hati sehingga kita mampu
mendengarkan suara cinta dalam diri. Suara cinta yang hakiki adalah
suara cintanya Ilahi Robbi. Jika kita tutup telinga hati, maka yang ada
hanyalah kita mendengar bisikan dan suara setan yang ujung-ujungnya
membuat cinta itu sendiri menjadi terdengar sangatlah menyesatkan. Maka
itu, bukalah telinga hati dalam mendengarkan gema cinta, dengarlah suara
hati dalam memaknai cinta. Karena yang terdengar di situ nanti hanyalah
suara-suara ilahi Robbi sebagai Sang Maha Pecinta.
Cinta
yang suci selalu menyuarakan isi hati dengan bahasa hati. Sebab isi
hati dan bahasa hati itu adalah suci dan anugerah dari Allah. cinta yang
suci membuat si pemilik cinta selalu berusaha mendengarkan apa kata
hati. Dia berbicara dengan bahasa hati dan dia menggunakan makna-makna
hati yang tak mampu diwakili oleh bahasa apapun, kosa kata apapun, dan
ekspresi apapun. Dia adalah dia yang tak akan terungkap kecuali dengan
bahasa hati dan dengan hati.
Cinta
yang suci itu bukanlah cinta yang memaksakan atau dipaksakan. Dia hadir
dengan sendirinya dan pergi juga dengan sendirinya. Sebab dia hadir
karena ada panggilan-Nya dan dia pergi karena ada larangan-Nya. Cinta
yang suci juga tidaklah mengekang. Karena dia hadir dari hati yang
selalu mengagungkan Asma Ilahi Robbi. Hati yang seperti inilah yang
selalu menemukan kebahagiaan dalam cinta yang sesungguhnya. Walau
terkesan dikekang Allah, namun pada hakikatnya hati yang seperti ini
sedang menikmati kebahagiaan yang hakiki dengan-Nya. Dan
dia tak akan mau melepaskan kebahagiaan itu walau dalam kesendiriannya.
Maka itu, indah bukan jika kita sendiri namun ada cinta Allah di situ?.
Cinta
yang suci adalah cinta yang merdeka namun terbelenggu dalam
kebahagiaan. Dia merdeka untuk memilih siapapun untuk diberinya cinta.
Karena cinta yang seperti ini datangnya dari hati. Dan satu-satunya yang
paling merdeka di dunia ini adalah hati. Dia terbelenggu bukan karena
dibelenggu. Dia terbelenggu karena sedang menikmati kebahagiaan yang
hakiki bersama Allah di situ. Dia tidak mau merusak kebahagiaan diri
dengan berpaling dari cinta Ilahi Robbi. Seolah-olah dia terbelenggu
dengan cintanya, namun padahal tidaklah begitu. Dia berbahagia di situ
dengan cinta Ilahi Robbi yang membuat dirinya memberi cinta pada
hamba-Nya. Dia mengabdikan dirinya demi cintanya pada Sang Maha Pemilik
cinta melalui pengabdian dan pemberian cintanya kepada hamba-Nya.
Maka
itu, nikmatilah kesendirian ataupun kebersamaan dengan cinta yang suci
yang datangnya dari hati yang diselimuti oleh cinta Ilahi Robbi……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar